BIDIKNUSATENGGARA.COM | Empat belas tokoh adat yang tergabung dalam Fukun, Katusa, dan Ferik, bertemu dengan calon wakil bupati Malaka, Henri Melki Simu (HMS) di Taman Eden Motadikin, pada hari Senin, 16 September 2024.
Pertemuan ini bukan sekadar pertemuan biasa, melainkan sebuah pertemuan serius untuk menjalin dukungan terhadap Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati, Stefanus Bria Seran-Henri Melki Simu (SBS-HMS).
Para tokoh adat, seperti Fukun Laetua, Ferdinandus Seran Tae, dengan tegas menyatakan bahwa dukungan mereka kepada pasangan SBS-HMS karena visi-misi yang mereka tawarkan seperti pertanian dan kesehatan gratis menjadi prioritas utama. “Kami berpolitik tidak untuk meraih posisi kekuasaan, tetapi untuk menghantarkan pemimpin yang terbukti dan berpengalaman,” ungkap Fukun Laetua.
Melalui dukungan ini, mereka berharap agar pasangan SBS-HMS dapat memperbaiki kondisi masyarakat yang saat ini sangat memerlukan perhatian dari pemerintah.
Sejumlah tokoh adat Fukun, Katusa, dan Ferik, yang hadir antara lain, Fukun Laetua, Ferdinandus Seran Tae, Katuas Fukun Badaen, Anselmus Nahak, Fukun Makbukar Molin, Albertus Seran Leki, Katuas Maktaen Bauna, Yoseph Seran, Katuan Bonat Uma Ferik Bot, Paulus Nahak, Katuas Bonat Uma Ferik Kiik, Herman Tae Muti, Katuas Makbukar Laran, Donatus Tae, Katuas Makbukar Laran, Marselinus Seran, Katuas Maktaen Bauna, Antonius Klau, Fukun Feto Uma Banama, Elisabeth Luruk, Fukun Ferik Uma Laetua, Marta Telik, Fukun Ferik Makbukar Laran, Kristina Telik, Fukun Ferik Laetua, Rosina Bano dan Fukun Ferik Baete, Emerensiana Hoar.
Dukungan penuh yang diberikan oleh tokoh adat kepada Pasangan Calon SBS-HMS adalah cerminan dari harapan masyarakat untuk perubahan. Mereka percaya bahwa pasangan ini memiliki visi yang jelas dan komitmen terhadap kesejahteraan rakyat.
Banyak tokoh adat merasa bahwa selama masa kepemimpinan saat ini, harapan mereka tidak terealisasi. Berbagai masalah mulai dari infrastruktur hingga layanan publik tidak mendapatkan perhatian yang memadai. Janji-janji yang diungkapkan sebelumnya ternyata tidak terwujud, sehingga menciptakan rasa ketidakpuasan yang mendalam di kalangan masyarakat.
Pada pilkada 2020, tokoh-tokoh adat tersebut sangat antusias mendukung paket SN-KT. Hal itu diisi dengan semangat dan harapan akan ada perubahan. Namun, seiring berjalannya waktu, rasa antusias itu berganti dengan rasa pengkhianatan karena janji-janji pemimpin yang tidak dipenuhi. Mereka merasa bahwa suara dan harapan mereka telah diabaikan, yang mengakibatkan kekecewaan bagi masyarakat luas.
Rasa ketidakpuasan masyarakat semakin meluas, karena banyak program yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan tidak dilaksanakan. Pengalaman pahit ini membuat tokoh adat semakin bertekad untuk bertindak. Dengan dukungan mereka, diharapkan pasangan SBS-HMS dapat membawa perubahan dan memperbaiki kesalahan yang telah terjadi. *(Ferdy Bria)