BIDIKNUSATENGGARA.COM | Refleksi iman melalui Jalan Salib hidup adalah praktik rohani yang mendalam untuk merenungkan penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib. Ini sekaligus mengajak kita untuk memandang-Nya sebagai teladan dalam menghadapi berbagai tantangan dan cobaan dalam kehidupan sehari-hari.
Jalan Salib hidup, yang dilaksanakan di kota Atambua dari perhentian 1 sampai dengan 14, berlokasi di Jalan Ki Hajar Dewantara dan finis di Gua lingkungan Bunda para beriman Toro, Kelurahan Tulamalae, Kecamatan Atambua Barat, Kabupaten Belu, pada Jumat (18/4/25).
Jalan Salib hidup (Tablo) ini diperankan oleh OMK Paroki Katedral Atambua, mengajak umat Katolik untuk bersama-sama mengikuti perjalanan panjang kisah sengsara Tuhan Yesus. Dia rela wafat di kayu salib demi menghapus dan menyelamatkan dosa manusia, mengorbankan diri-Nya dengan utuh dan totalitas.
Melalui peran OMK Keuskupan Atambua, kita diajak lebih menyadari kasih Allah yang besar, menggali kesadaran akan dosa-dosa kita, dan membangun harapan akan kebangkitan.
Jalan Salib adalah ibadah yang menggugah kita untuk mengenang dan merenungkan perjalanan Yesus dalam memikul salib, mulai dari dijatuhi hukuman mati hingga kematiannya di bukit Golgota dan penguburan-Nya. Perjalanan pengorbanan Yesus yang berat dan penuh kesakitan menjadi cermin dan simbol betapa besar kasih Allah kepada manusia. Dengan mati di kayu salib, Tuhan Yesus menebus kita dari dosa agar layak masuk ke dalam kerajaan Sorga. Dalam hidup kita, memikul salib berarti menghadapi banyak tantangan, cobaan, dan hinaan. Kita mungkin terjatuh dan bangkit berulang kali, bertemu dengan berbagai penderitaan yang mirip dengan perjalanan Yesus menuju penyalipannya.
Setiap duka harus dihadapi dengan keyakinan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita; Dia selalu menyertai kita dalam setiap suka dan duka. Menjadi seorang Katolik dan mengikut Kristus berarti memikul salib, melalui banyak pergumulan, dan membawa panji-panji Yesus. Dalam perjalanan hidup kita, tantangan dan cemoohan akan selalu ada, namun kita tidak memikul salib ini sendirian; kita melakukannya bersama dengan Yesus. Ketika memikul salib, kita diajak untuk meneladani Yesus dalam penderitaannya, yang selalu mengampuni orang-orang yang menghina dan mengolok-olok-Nya. Memikul salib mungkin membuat kita terlihat rendah di hadapan manusia, tetapi di mata Allah, kita justru dapat menemukan keagungan.
Ibadah salib ini menjadi renungan bagi kita; setiap beban yang kita tanggung diambil bersama Dia, Tuhan kita Yesus Kristus. Refleksi iman Katolik melalui Jalan Salib hidup ini ditandai dengan serangkaian stasi yang menggambarkan perjalanan Yesus menuju penyaliban, mulai dari hukuman, pembebanan salib, hingga kematian dan pemakaman. Setiap stasi memberikan kesempatan untuk merenungkan peristiwa-peristiwa ini, mencerminkan kasih sayang, pengorbanan, dan cinta Allah kepada manusia. Jalan Salib bukan hanya tentang peristiwa sejarah, tetapi sebuah panggilan untuk belajar dan menerapkan prinsip-prinsip dalam kehidupan sehari-hari.
Kita diajak untuk menerima tantangan dan penderitaan sebagai bagian dari perjalanan hidup, dan meyakini bahwa Tuhan senantiasa bersama kita, bahkan di saat-saat terberat. Sebagai umat Katolik, kita harus menyadari betapa besar kasih Allah yang telah menanggung dosa-dosa kita melalui Yesus, sehingga kita merasa lebih dekat dengan-Nya. Melalui refleksi dan doa, kehadiran Tuhan menjadi semakin nyata dalam hidup kita. Mencari kekuatan dalam penderitaan, Jalan Salib menunjukkan bahwa cobaan bukan hanya sesuatu yang harus dihindari, melainkan juga dapat menjadi sumber kekuatan dan pertumbuhan spiritual.
Jalan Salib mendorong kita untuk mengenali dosa-dosa kita dan berharap akan kebangkitan Kristus, yang menjanjikan kemenangan atas penderitaan dan kematian. Pentingnya Jalan Salib dalam kehidupan umat Kristen bukan hanya bagian dari ritual ibadah, tetapi juga merupakan aspek penting dari kehidupan rohani umat Kristen.
Praktek nyata ini membantu kita memahami ajaran Injil, memperdalam iman, dan menjadi saksi kasih Allah di tengah dunia saat ini. Dalam mengikuti Kristus, memikul salib merupakan komitmen hidup yang harus kita pegang teguh. Hal ini berarti menyangkal diri, melepaskan ego dan kepentingan pribadi, serta siap menerima penolakan demi Kristus dan Injil-Nya. Refleksi iman melalui Jalan Salib hidup adalah perjalanan rohani yang mendalam dan bermanfaat, membantu kita menyadari kasih Allah, menerima penderitaan sebagai bagian dari hidup, dan terus mengikuti Kristus dalam perjalanan iman.**(bgr)