News  

Pemulihan Ekosistem Danau Ranapoja di Manggarai Timur Dengan Penanaman Pohon Lokal dan Endemik di Area Tangkapan Air

BIDIKNUSATENGGARA.COM | Di tengah guyuran hujan deras dan di selimuti kabut tebal di kawasan hutan Danau Ranapoja, Desa Rendenao, Kecamatan Lambaleda Timur, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Selasa, (10/12/2024) tidak menyulutkan semangat dari 200 masyarakat petani, siswa siswi SMKN 1 Pocoranaka dari jurusan kehutanan dengan mengenakan jas hujan plastik menanam 2000 pohon lokal dan endemik yang cocok di kawasan hutan Danau Ranapoja dan dua danau lainnya, yakni danau Kenti dan Rawuk.

Sosialisasi kegiatan pemulihan ekosistem danau Rana Poja diinisiasi oleh Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Kopi Arabika Flores Manggarai (MPIG-KAFM) berkolaborasi dengan BKSDA NTT dan Bank Indonesia demi keselamatan ekologi dan tanaman kopi.

Penanaman di sekitar kawasan danau Rana Poja bertujuan untuk merehabilitasi kawasan danau untuk pemulihan ekosistem. Setidaknya ada 6 jenis tanaman minimal 6 jenis tanaman lokal untuk menyimpan air dan bambu. Jumlah tanaman 2000 bibit dengan setara dengan 3,5 hektar.

Selain tanaman konservasi, kedepan tanaman ekonomis yaitu kopi dan tanaman penaung sebanyak 3000 bibit yang akan diberikan kepada anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) . Tanaman tersebut akan di tanam di lahan petani. Jumlah tersebut setara dengan 4 ha lahan kopi dengan konsep agroforestry.

Penanaman tersebut merupakan bagian dari program lingkungan perbaikan ekosistem di Kawasan Danau Rana Pooja , merupakan Kerjasama MPIG-BKSDA dan Yayasan Keanekaragaman Hayati (Yayasan Kehati) atas dukungan Bank Indonesia. Selain

Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Kopi Arabika Flores Manggarai, (MPIG-KAFM), Yosep Janu kepada KOMPAS.com, Selasa, (10/12/2024) di lokasi penanaman pohon lokal dan endemik danau Rana Poja, menjelaskan, MPIG-KAFM berkolaborasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam NTT (BKSDA) khusus BKSDA bidang II Ruteng yang mengelola Taman Wisata Alam Ruteng melakukan riset di kawasan hutan Danau Rana Poja dan dua danau lainnya didapati bahwa Danau Rana Poja, Danau Rana Kenti dan Danau Rawuk sudah kering dan rusak. Selain itu burung endemik yang hidup di tiga danau tersebut yakni burung belibis sudah tidak dapat dilihat di danau tersebut danaunya kering dan rusak. Kedua, kawasan hutan Danau Rana Poja sudah dijadikan tempat pembuangan sampah, baik sampah plastik maupun sampah besi-besi. Ketiga, kawasan danau Rana Poja dibagian selatannya bekas material longsor dari peristiwa tahun 1976 silam.

“Dengan hasil survei tersebut, pihak MPIG berkolaborasi dengan BKSDA NTT, mitra konservasi, lembaga Agama Katolik Manggarai dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) melaksanakan kegiatan penanaman pohon lokal dan endemik di area tangkap air yang didukung dana dari Bank Indonesia. Selain itu, MPIG-KAFM melibatkan anggota Kelompok Tani Hutan.(KTH) Moeng Mose,Sadar Lestari,Bea Sante, sivitas akademika SMKN 2 Plus Kopi Colol, SMKN 1 Pocoranaka, perwakilan Pemerintah Desa Wejang Mawe, Dan Rendenao, Pastor Paroki Lawir, dan Pastor Paroki Colol,” jelasnya.

Tujuan dari aksi penanaman pohon ini di area tangkap air, lanjut Janu, mengajak berbagai stakeholder untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemulihan ekosistem alam dalam lingkup Taman Wisata Alam Ruteng secara khusus Danau Rana Poja, kedua, memperkuat peran serta petani kopi Manggarai dalam menjaga ekosistem Taman Wisata Alam Ruteng, khususnya petani kopi yang menyangga ekosistem Danau Rana Poja.

Disamping tujuan tersebut, lanjut Janu, ada juga manfaat penanaman pohon lokal untuk pemulihan ekosistem Danau Rana Poja, yakni pulihnya wilayah tangkapan air di sekitar Danau Rana Poja, menguatnya peran serta masyarakat petani kopi dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hutan, semakin masif kesadaran masyarakat Manggarai Timur dari berbagai lapisan, terutama generasi mudanya untuk menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati di lingkungannya, lahirnya spot baru, calon destinasi wisata dalam lingkup Taman Wisata Alam Ruteng, yaitu, wisata danau dan wisata kebun kopi yang sesuai dengan prinsip-prinsip agroforestry. Menghentikan aktivitas masyarakat yang membuang sampah di kawasan Danau Rana Poja.

Kawasan Danau Rana Poja Dijadikan Tempat Buang Sampah Secara Liar

Janu menjelaskan, hasil survei dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam NTT didapati tumpukan sampah plastik dan besi yang dibuang oleh orang tak bertanggungjawab. Dampaknya, merusakan lingkungan kawasan hutan Danau Rana Poja dan juga mencemari air di kawasan hutan danau Rana Poja dan area tangkapan air.

“Kami mengajak masyarakat yang berlalulalang di kawasan hutan Danau Rana Poja untuk tidak membuang sampah sembarangan. Selain itu kita semua bertanggungjawab untuk menjaga dan merawat keberlangsungan ibu bumi. Hutan adalan Ibu bumi serta sumber mata air dan area tangkapan air melahirkan air kehidupan bagi semua makhluk hidup,”jelasnya.

Kepala Bidang II BKSDA Ruteng, Daniwari Widiyanto menjelaskan memulihkan ekosistem kawasan hutan Danau Ranapoja butuh kerja sama lintas sektor. Ada peran tiga tungku dalam kawasan Taman wisata Alam Ruteng, Pemerintah, lembaga agama dan Lembaga Adat. Biasa disebut tiga pilar untuk mendukung keberlangsungan dan keberlanjutan kawasan Taman Wisata Alam Ruteng sebagai penyangga kehidupan masyarakat dan alam semesta itu sendiri. BKSDA selaku pengelola Taman Wisata Alam Ruteng yang masuk dalam wilayah konservasi mendukung Penanaman anakan pohon lokal dan endemik di kawasan Taman Wisata Alam Ruteng, khususnya kawasan hutan Danau Rana Poja.

“Inisiatif dari MPIG-KAFM untuk berkolaborasi dalam kegiatan penanaman pohon lokal dan endemik sangat didukung demi keberlanjutan air di Danau Rana Poja dan sebagai penyangga bagi areal pertanian dan perkebunan kopi di sekitar danau tersebut,” jelasnya.

Kepala Dinas Pertanian Manggarai Timur, John Sentis, menjelaskan,menanamkan pohon lokal dan endemik di kawasan hutan Danau Rana Poja didukung oleh Pemerintab Daerah Kabupaten Manggarai Timur. Banyak pohon lokal dan endemik yang ditebang pada beberapa tahun silam dan ada sebagian mati karena usia pohon yang sudah tua. Dampak dari penebangan pohon di sekitar kawasan Danau Rana Poja pada beberapa tahun silam berdampak pada bencana tanah longsor pada tahun 1976 dan menenggelamkan 6 orang waktu itu. Selaian danau Rana Poja yang awalnya luas, tapi kemudian kecil ditimbun oleh tanah longsor tersebut.

“Hari ini kita menanam pohon lokal dan endemik di bekas tanah longsor dalam bencana alam tanah longsor tahun 1976. Memang tiap tahun dilakukan penanaman pohon di kawasan hutan Danau Rana Poja dan saat ini kita bisa melihat banyak pohon ampupu yang suda tumbuh besar di bekas tanah longsor di kawasan Danau Rana Poja. Mari kita menjaga pohon yang sudah ditanam sebanyak 2000 anakan pohon lokal dan endemik demi keberlanjutan ekologis dan memulihkan sumber mata air di kawasan hutan Danau Ranapoja. Kawasan danau Ranapoja harus hutan kembali,” jelasnya.

Ubah Pola Perilaku Masyarakat Yang Buang Sampah Sembarangan

Sentis menyinggung pola perilaku masyarakat yang membuang sampah di kawasan Danau Rana Poja. Kawasan Danau Rana Poja dijadikan tempat buang sampah oleh masyarakat.

“Saya mengajak kita yang hadir di kegiatan hari penanaman pohon lokal dan endemik untuk menginformasikan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah di kawasan hutan Dana Rana Poja. Masyarakat harus mengubah pola perilaku untuk tidak membuang sampah sembarangan di kawasan hutan Danau Rana Poja,” ajaknya.

 

Oleh: Markus Makur, Kontributor Manggarai Timur