Kisah Mama Tiri Rawat ODGJ Dipasung Dipondok Reyot di Manggarai Timur, NTT

MANGGARAI TIMUR, BIDIKNUSATENGGARA.COM | Cuaca mendung diatas langit Kampung Rate Rae, Dusun Paundoa, Desa Komba, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur untuk memberi tanda hujan, Kamis, (16/11/2023).

Hujan di wilayah Kecamatan Kota Komba sudah 4 hari turun setelah kemarau berkepanjangan selama 11 bulan dampak dari El nino.

Hendrikus Gabu dan Yohanes Ariyanto Anggal, Koordinator Komunitas relawan peduli Kasih (KapeKasih) SMPN Satu Atap (SATAP) Munde, Desa Komba, Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur bersama koordinator Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Sehat Jiwa Manggarai Timur mengendarai sepeda menuju ke arah barat untuk mengunjungi penderita disabilitas mental yang dipasung di pondok reyot. Dua koordinator peduli kasih ini adalah guru di salah satu lembaga pendidikan Menengah Pertama di SMPN Satu Atap (SATAP) Munde.

Guru Hendrikus dan Yohanes bersama relawan KKI Peduli Sehat Jiwa Manggarai Timur menemui Mama Theodora Dis (Mama Tiri) dari penderita disabilitas mental yang dipasung.

“Saya sangat terkejut dengan kunjungan hari ini bagi anak kami, HD yang derita gangguan jiwa dan dipasung sudah 1 tahun,” jelas Mama Theodora, Kamis, (16/11/2023).

Photo: Pondok pasung berukuran 2×1 meter yang berhimpitan dengan dinding rumah besar dari pasien penyandang disabilitas psikososial yang sudah satu tahun dipasung di Kampung Rate Rae, Dusun Paundoa, Desa Komba, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, Kamis, (16/11/2023). (DOK/KKI PEDULI SEHAT JIWA MATIM/MARKUS MAKUR)

Theodora Dis (Mama Tiri) mengisahkan sambil duduk disamping pondok pasungan HD (30) mengisahkan saban hari membawa makan pagi, siang dan malam bagi HD (30).

HD adalah putra sulung dari dua bersaudara dari pasangan Melikior Buni dan Almarhumah Walburga. Awalnya, HD sering agresif kepada ayahnya dan juga agresif dengan melempar rumah orang tua dan tetangga.

Demi keamanan diri dari HD, kisah Theodora, keluarga membuat rumah pondok pasungan yang berukuran 2×1 meter yang berimpitan dengan dinding rumah besar bagian belakang. Keluarga mengambil jalan alternatif dengan memasung dua kakinya.

“Kadang-kadang kalau tidak ada minuman kopi dan rokok, maka HD merontak. Setelah saya memberikan minuman kopi dan rokok, ia sangat tenang,” kisahnya.

Photo: Wartawan di Manggarai Timur, Markus Makur menggunting kuku tangan pasien penyandang disabilitas psikososial yang dipasung di Kampung Rate Rae, Dusun Paundoa, Desa Komba, Kecamatan Kota Komba, Kab. Manggarai Timur, NTT, .Kamis, (16/11/2023). (DOK/KKI PEDULI SEHAT JIWA MANGGARAI TIMUR/MARKUS MAKUR)

Mama Theodora mengisahkan HD sudah 1 tahun dipasung. Selama dipasung, ia tidak pernah mendapatkan pelayanan pengobatan dari petugas medis.

Ia berharap HD mendapatkan pelayanan pengobatan dari para medis agar ia pulih dari derita gangguan jiwa.

Mama Theodora mengisahkan ayahnya sering memandikan anaknya dan juga memangkas rambutnya. Dibujuk dengan memberikan minuman kopi dan rokok.

“Kalau dibujuk dengan minuman kopi dan rokok, ia tidak mengamuk. HD hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar kelas 1 Sekolah Dasar. Kalau lapar HD minta makan. Setiap pagi, siang, malam saya membawa makanan,” jelasnya.

Mama Theodora menjelaskan, beberapa waktu pengurus Dewan Pastoral Paroki Waerana bersama keluarga dari Paundoa mengunjungi HD dengan membawa bingkisan kasih.

“Kami sekeluarga berharap anak kami pulih dari derita jiwanya dan pada saatnya baloknya dibongkar,” harapnya. **(Markus Makur)