BIDIKNUSATENGGARA.COM | Masyarakat di Desa Babulu Induk dan Babulu Selatan, Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka, Provinsi NTT, terus dihantui oleh krisis air bersih selama bertahun-tahun.
Masalah krisis air bersih di kedua desa tersebut menjadi persoalan serius karena akses terhadap sumber air yang terbatas dan debit air yang sangat kecil dari mata air yang ada. Ditambah lagi dengan jarak yang harus ditempuh mencapai 2 hingga 3 kilometer, banyak warga terpaksa menyewa truk tangki untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari mereka.
Dengan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ini, masyarakat harus mencari solusi alternatif yang seringkali berbiaya tinggi dan tidak efisien. Hal ini juga mengakibatkan stres fisik dan mental yang berkepanjangan bagi warga yang terpaksa menanggung beban tambahan dalam kehidupan mereka.
Theodorus Tobu, Warga Desa Babulu Induk menceritakan, selama kepemimpinan Bupati perdana Stefanus Bria Seran (SBS), masyarakat tidak terlalu merasakan dampak dari krisis air. Karena pada masa itu, pemerintah menyediakan truk tangki untuk melayani kebutuhan air warga secara gratis dan masyarakat sangat merasakannya. Namun saat ini, di bawah kepemimpinan Bupati Simon Nahak (SN), upaya yang sama tampaknya tidak dilakukan. Banyak warga yang mengaku bahwa ketika mereka meminta bantuan mobil tangki di kecamatan, mereka diberitahu bahwa mobil tersebut sudah rusak.
“Dulu masih kepemimpinan SBS kami sangat dilayani dengan baik karena mobil tangki selalu mendatangkan air. Tapi sekarang kita pergi minta, katanya mobil rusak. Kalau mobil itu rusak kenapa tidak perbaiki?,” ungkap Theodorus pada bidiknusatenggara.com, Sabtu, (10/8/2024).
Masyarakat semakin merindukan layanan pada masa kepemimpinan SBS ketika mereka tidak kesulitan untuk mendapatkan air. Ketidakpuasan ini semakin meningkat karena mereka merasa tidak mendapat perhatian yang cukup dari pemerintah daerah.
Theodorus menambahkan, masyarakat harus menyewa mobil tangki dengan harga per tangki Rp 250.000 hingga Rp 300.000. Bagi masyarakat yang tidak memiliki uang harus menempuh jarak 2 sampai 3 kilo meter untuk mengambil air bersih.
“Terpaksa kami harus sewa mobil tangki walaupun harganya lumayan tinggi. Kalau sopirnya kita kenal, harga Rp 250.000 tapi kalau tidak kenal Rp 300.000. Sedangkan warga yang tidak punya uang terpaksa harus berjalan kaki sekitar 2 sampai 3 kilo,” ungkap Theodorus
Theodorus menegaskan, mereka bersatu untuk memilih kembali Bapa SBS, sosok yang dikenal telah memberikan banyak layanan yang memuaskan pada masa pemerintahan sebelumnya.
“Kami sudah konsisten, pilkada 27 November kami bersatu pilih kembali bapa SBS untuk bisa melihat kami. Dulu di zaman SBS kami sangat dilayani dengan baik karena mobil tangki selalu mendatangkan air. Tapi sekarang kita pergi minta, katanya mobil rusak. Kalau mobil itu rusak kenapa tidak perbaiki?,” ungkapnya.
Hampir sebagian besar Warga di dua Desa tersebut sangat mengharapkan uluran tangan dari pemerintah kabupaten melalui tingkat kecamatan menyediakan mobil tengki air untuk melayani masyarakat dengan konsisten dan merata demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. *(Ferdy Bria)