Senyum Magdalena Meluluhkan Hati Tiga Dermawan Dari Jakarta

MANGGARAI TIMUR, BIDIKNUSATENGGARA.COM | Sinar matahari sangat terik. Iklim bumi sedang tidak bersahabat dengan manusia. Manusia menjerit kepanasan sementara matahari terus menyinari tanpa peduli dengan kehidupan makhluk lainnya, apalagi manusia yang berakal. Iklim yang panas sedang menindas manusia sebab manusia tidak bersahabat lagi dengan rahim ibu bumi.

Makhluk yang bernama manusia berteriak-teriak karena cuaca sangat panas. Tapi, sinar matahari terus menyinari buminya, yang tanpa peduli dihuni oleh berbagai makhluk hidup, termasuk manusia yang berakal dan memiliki kehendak bebas. Yang tidak merasakan teriknya matahari adalah binatang melata yang tinggal dan hidup di air dan lautan. Ikan, katak, udang, belut dan lainnya tidak pernah menjerit kepanasan, kecuali cacing yang berada diatas bumi merasakan panas dan perlahan-lahan mati. Tapi, ketika cacing itu berada di perut bumi dan berada di rahim ibu bumi tidak merasakan kepanasan. Tapi, ketika peptisida disemprotkan ke rahim bumi maka segala makhluk yang berada di dalam rahim bumi mati. Itu ulah manusia yang memiliki akal budi dan berkehendak bebas. Dampaknya adalah rahim ibu bumi tidak memberikan kesubuhan tanah untuk ditanami berbagai jenis tanaman yang dimakan oleh makhluk yang bernama manusia.

Kurang lebih beberapa bulan cuaca sangat panas, belum ada makhluk yang bernama manusia mati massal, kecuali saat pandemi Covid19 lalu. Beruntun peristiwa dunia yang menewaskan manusia.

Di sela-sela cuaca global yang sangat panas, Minggu, (29/10/2023) tiga dermawan dari Jakarta yang didampingi Marianus Supriadi bersama keluarga menyapa umat di Lingkungan Sambikoe untuk membawa sebuah rezeki bagi peningkatan iman di lingkungan tersebut. Ketiga dermawan itu merayakan Hari minggu biasa dilingkungan itu yang dipimpin Pastor Paroki Santo Arnoldus Jannsen-Santo Josef Freidemetz Waelengga, Kevikepan Borong, Keuskupan Ruteng, Romo Herbertus Karno, Pr didampingi Fratter TOP, Frater Fredos, Pr, biasa dipanggil. Dan juga Ketua Dewan Keuangan Paroki (DKP), Lukas Sumba.

Hjkg

Kepok Adat 

Sebelum perayaan Hari Minggu biasa, terlebih dahulu, warga Lingkungan Sambikoe menyambut tiga dermawan dan keluarga Marianus Supriadi dengan ritual kepok adat di pintu masuk Gereja Kapela Lingkungan Sambikoe. Seekor ayam jantan berbulu putih serta topi nggobe khas Etnis Rongga diserahkan sebagai tanda kehormatan atas kedatangan tamu yang membawa berkat bagi umat Lingkungan Sambikoe.

Sambutan Pastor Paroki dan Ketua DKP

Romo Heri dan Ketua DKP, Lukas Sumba berkali menyampaikan terima kasih ketiga dermawan dan keluarga Marianus Supriadi atas rezeki yang diterima oleh umat Lingkungan Sambikoe berupa Patung Bunda Maria.

Romo Karno dan Lukas Sumba menjelaskan, mereka mendapatkan informasi warga Lingkungan Sambikoe,Damianus Tarung bahwa ada dermawan yang baik dari Jakarta membawa Patung Bunda Maria ke lingkungan Sambikoe.

“Atas nama Paroki Santo Arnoldus Janssen-Santo Josef Freidemetz Waelengga menyampaikan terima kasih,” ucap kedunya.

Perayaan Hari Minggu itu, Injil tentang kasih. Sesudah perayaan Ekaristi, ketiga dermawan dari Jakarta itu foto bersama dan dilanjutkan dengan memberikan hadiah rosaria kepada anak-anak di dalam kapela tersebut, apalagi kedatangan mereka bertepatan bulan Oktober bagi Umat Katolik yang mempersembahkan doa-doa permohonan melalui perantaraan Bunda Maria. Acara secara spontan sudah selesai dilaksanakan di dalam Gereja Kapela Lingkungan Sambikoe dan dilanjutkan dengan minuman kopi yang disuguhkan Ketua Lingkungan Sambikoe sambil menyambut tamu-tamu yang sudah membawa rezeki bagi umat di lingkungan Sambikoe. Jalan raya dari Sambikoe menuju pertigaan Waelengga dan sebaliknya sangat menantang dimana aspalnya sudah terkelupas dan batu berceceran di tengah jalan, berbeda dengan jalan di Kota Jakarta yang mulus dan berhotmix. Itulah sebuah tantangan ketika berkeliling di pelosok-pelosok Indonesia termasuk di pelosok Manggarai Timur.

Selanjutnya, ketiga dermawan didampingi Seksi Caritas Paroki Waelengga, Markus Makur dan Ketua DKP, Lukas Sumba dan anggota THS-THM, Edi dan umat Waelengga, Petrus Yohanes Elmiance mendampingi ketiga dermawan dan keluarga Marianus menyambangi rumah reyot dari Mama Magdalena Meo di Kampung Maburuju, Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur.

Dari jalan raya yang sudah lapen (lapisan penetrasi) itu berjalan kaki menuju rumah Mama Magdalena Meo yang sungguh sangat reyot. Rumahnya berdinding pelupuh bambu yang usang, berlantai tanah. Ukuran rumah itu sangat kecil. Di dalam rumah ada satu tempat tidur yang beralasan tikar usang, ada tunggu api dan tempat bergantung pakaian. Rumah itu beratap seng yang sudah berkarat.

Kondisi rumah Mama Magdalena Meo di Kampung Maburuju, Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur.

Ketiga dermawan itu disambut oleh seorang ibu, tetangga dari Mama Magdalena Meo yang hari-hari membawa beras dari kekurangan mereka demi menghidupi kebutuhan makan minum dari mama yang tinggal bersama dengan anaknya. Sementara Mama Magdalena sedang berada di rumah tetangganya yang lainnya. Ia dipanggil. Tak lama kemudian, Mama Magdalena Meo datang dengan memakai baju kaos berwarna hitam. Ia memberi salam dan jabatan tangan kepada tamu yang menyambangi rumahnya yang tak terduga atas kedatangan yang sangat mengjutkan tersebut.

Tetangga dari Mama Magdalena menyiapkan tiga kursi untuk menyambut tamu tersebut. Senyum tulus dari Mama Magdalena Meo meluluhkan hati dari tiga dermawan dari Jakarta serta keluarga Marianus Supriadi. Kami yang lain juga sangat terkejut dengan kondisi rumah dari Mama Magdalena Meo yang sangat menusuk hati ketika kami melihat kondisi rumah dengan dinding pelupuh bambu dan kondisi bagian dalam rumah tersebut. Kami semua diam. Membisu dan menusuk hati dengan kondisi rumah dari mama Magdalenda Meo. Kami tak banyak bicara dan hanya mengamati kondisi rumah serta kondisi Mama Magdalena Meo tersebut.

Beri Rosario dan Gambar Kudus Kerahiman Ilahi 

Tetangga dari Mama Magdalena Meo menerangkan kepada ketiga dermawan dari Jakarta dan keluarga Marianus Supriadi serta kami yang menyambanginya bahwa Mama Magdalena Meo tidak bisa mendengar dengan baik. Mama Magdalena Meo memiliki tiga anak. Satunya sudah berkeluarga dan satunya merantau ke Pulau Bali dan satunya masih tinggal bersamanya. Ketiga anaknya tidak sekolah.

“Untuk memenuhi kebutuhan harian dari Mama Magdalena Meo, tetangga biasanya menghantar beras. Selain itu Mama Magdalena Meo mencari rumput laut. Selain itu, Mama Magdalena Meo memelihara seekor babi. Tadi sebelum ia bertemu dengan para tamu, ia sedang urus pakan babi di rumah tetangga. Beginilah kondisi kehidupan dari Mama Magdalena Meo. Kami tetangga sering membantu semampu kami dengan menghantar beras untuk dimasak. Suami dari Mama Magdalena Meo tidak tinggal bersama lagi,” jelas tetangga tersebut.

Beri Rosario dan Gambar Kudus Kerahiman Ilahi 

Saat menyambangi rumah Mama Magdalena Meo, ketiga dermawan itu memberikan rosario dan gambar kudus Kerahiman Ilahi. Ketiga sambil mengatakan kita terus berdoa. Selanjutnya Mama Magdalena Meo memberikan berkat kepada dermawan tersebut.

Warga Kecamatan Kota Komba, Petrus Yohanes Elmiance berharap kehadiran dari ketiga dermawan dari Jakarta bersama keluarga Marianus Supriadi membawa harapan baru bagi kelangsungan hidup dari Mama Magdalena Meo ini.

“Dua minggu lalu, saya menyambangi rumah Mama Magdalena Meo. Saya melihat kondisi rumahnya sangat tidak layak huni. Saya sudah informasi kepada dinas terkait di Kabupaten Manggarai Timur. Namun belum ada tanggapan serius,” jelasnya.

Harapan 

Semua tamu yang menyambangi rumah reyot dari Mama Magdalena Meo berharap belaskasihan dengan membangun rumah yang layak huni bagi keberlangsungan hidup dari Mama Magdalena Meo bersama anaknya.

“Mari kita berdoa, dan bekerja sesuai dengan kemampuan kita untuk membantu keberlangsungan hidup Mama Magdalena Meo yang layak,” semua berharap. **(Markus Makur)