BORONG,bidiknusantara.com | Doni Parera, Pemilik Shelter (Singgah) Rumah Wunut, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa, (4/7/2023) mengirim pesan whatsapp untuk menyampaikan bahwa seorang sahabat Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Sehat Jiwa Manggarai Timur sudah dinyatakan pulih. Dampak dari penanganan, pendampingan kasih dari anggota keluarga di Shelter Rumah Wunut dengan rutin konsumsi obat yang diberikan oleh dokter dan perawat dari Puskesmas Borong, Kecamatan Borong.
Parera menjelaskan, seorang pasien yang mengidap derita gangguan jiwa dirawat dengan sentuhan kasih serta diimbangi dengan minum obat secara rutin. Alhasil, penderita gangguan jiwa sudah pulih.
“Kami dari shelter rumah wunut Borong, bersuka cita. Salah satu anggota kami, Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) sudah pulih. Terima kasih kepada Markus Makur, Koordinator relawan KKI Peduli Sehat Jiwa Manggarai Timur, anggota relawan, Rosis Adir sekaligus wartawan, Krispinus Louis Gonzales yang disapa Guru Lois sekaligus seorang guru di Manggarai Timur, Wakil Bupati Manggarai Timur, Siprianus Habur, Komunitas Cenggo Inung Kopi Online (CIKO) Manggarai Timur, Leonardus Santosa, Dokter dan perawat Puskesmas Borong,” ucapnya.
Ini kisah awal penanganan Penyandang Disabilitas Mental
Parera mengisahkan, satu ketika, akhir tahun lalu 2022, saya melewati sebuah kampung di Kecamatan Lamba Leda Selatan. Ada sebuah rumah yang tampak hancur berantakan! Dinding berlubang besar, dan paling mencolok kondisi meteran listrik yang pecah! Oleh warga, saya diberitahu, itu ulah seorang warga yang diduga ODGJ, yang juga penghuni rumah itu. Seorang ibu muda. Mantan ketua RT, kader gizi. Setelah melahirkan anak ke 2, kondisinya tidak stabil. Saya datangi rumah itu. Seorang perempuan muda, pucat, kurang gizi, tak terurus! Dalam rumah itu hanya ada pasangan renta dan 2 orang anak kecil. Anak dari perempuan muda itu. Suaminya, memilih mencari pekerjaan di Pulau Kalimantan untuk mencari nafkah ketika mereka dalam kondisi terpuruk. Kedua orang tua ini pasrah dengan kondisi mereka. Saya teringat teman-teman aktivis yang bergerak untuk hal seperti ini, yang bahkan banyak bebaskan dari pasungan!
Saya lalu tawarkan upaya pemulihan, kedua pasangan renta itu setuju! Tanpa pikir panjang, saya bawa perempuan muda ini ke Kota Borong dengan cara boncengan dengan sepeda motor. Perjuangan luar bisa, karena jalan yang buruk, boncengan yang lemas karena kurang makan, terus-terusan mengeluh sakitnya dan selalu ingin lompat dari motor. Kepada istri dan anak saya, saya jelaskan kondisi perempuan muda ini, dan upaya yang akan dilakukan. Mereka menerima dengan penuh kasih. Langkah awal, perbaikan gizi. Sehatkan raganya dulu. Awal dari perjuangan luar biasa ini. Karena pasien dengan buang kotoran besar dan kecil dilakukan di dalam kamar! Tiap pagi istri dan anak saya membersihkan kamarnya demi kebersihan kamar yang ditempatinya.
“Saya lalu hubungi teman-teman aktivis peduli sehat Jiwa Manggarai Timur. Saya sampaikan kondisi itu. Respon mereka luar biasa. Mereka arahkan, dan dapat pengobatan dari Puskesmas Borong. Bahkan, saat itu libur lebaran, namun petugas medis tetap datang. Setelah pemeriksaan, diberi obat. Keadaan berangsur-angsur baik. Dan, sekarang dia sudah bisa bantu jualan sayur di rumah singgah. Sudah kembali normal. Pulih,” jelasnya.
Parera menjelaskan, tadi kami kabarkan ke keluarga di kampungnya. Mereka senang.
Selanjutnya, perempuan muda ini akan ditampung di shelter suster JPIC SSPS di Kota Labuan Bajo, dengan dua pilihan; ikut kursus menjahit, atau bekerja di rumah makan untuk menabung, sebelum kembali ke kampung, rawat sendiri kedua anaknya, dan berkontribusi seperti sedia kala bagi warga kampung, jadi kader gizi, seperti tujuan utama kami ketika berupaya memulihkan deritanya.
Terima Kasih Kepada Leonardus Santosa
Parera menuturkan, awalnya, Leonardus Santosa berkunjung di Shelter Rumah Wunut Manggarai Timur untuk berbincang-bincang tentang berbagai hal termasuk masalah sosial di Manggarai Timur.
Ia menceriterakan kepada Leonardus Santosa seorang ibu yang tinggal sementara waktu di Shelter tersebut dan diduga mengidap derita gangguan jiwa. Dan kemudian Leonardus Santosa menginformasikan kepada relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Sehat Jiwa Manggarai Timur melalui komunikasi dengan perangkat lunak, telepon seluler. Kemudian, koordinator KKI Manggarai Timur menginformasikan kepada relawan lainnya yang tinggal di Kota Borong. Kedua relawan itu, Rosis Adir dan Krispinus Louis Gonzales mengunjungi shelter tersebut dan selanjutnya menginformasi langsung kepada perawat di Puskesmas Borong. Saat itu sedang libur lebaran. Tapi, upaya dari relawan tidak mengenal hari libur demi memulihkan penderita penyandang disabilitas mental yang membutuhkan penanganan medis. Beberapa hari kemudian, dokter dan perawat mengunjungi shelter Rumah Wunut untuk pelayanan medis di rumah tersebut. Hasil diagnosa dokter bahwa pasien itu menderita gangguan jiwa dan selanjutnya mereka memberikan pengobatan untuk diminum oleh pasien dibawah pengawasan pemilik Shelter Rumah Wunut tersebut.
Beberapa bulan lalu, Wakil Bupati Manggarai Timur, Siprianus Habur bersama relawan KKI mengadakan kunjungan spontan untuk menyapa penderita tersebut. Ini kunjungan kedua kali oleh relawan KKI.
“Hari ini seorang suster SSPS dari Labuan Bajo menyapa penderita itu yang kini sudah pulih. Selanjutnya, pasien pulih itu akan berkunjung ke keluarganya di salah satu kampung di bagian selatan dari Kabupaten Manggarai dan selanjutnya didampingi oleh JPIC SSPS Flores Barat di Kota Labuan Bajo,” jelasnya.
Penanganan Kolaborasi Bagi Pulih Jiwa
Parera menganjurkan, penanganan kolaborasi bagi pulih jiwa di wilayah Manggarai Raya, (Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat) harus gencar dilakukan demi memulihkan penderita penyandang disabilitas mental. Kolaborasi lintas komunitas, Pemerintah Daerah, dinas terkait harus diprioritaskan untuk penanganan penderita gangguan jiwa.
“Saya sarankan kepada Pemerintah Daerah untuk berkolaborasi dengan semua komunitas yang terpanggil dengan kerelaaan hati untuk penanganan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Ini masalah sosial yang kita alami semunya. Penanganannya harus dengan berkolaborasi lintas komunitas dan lembaga,” sarannya. (*/Markus Makur)