Kisah Janda Miskin di Pedalaman NTT Hidupi Keluarga Dan Anak ODGJ

MANGGARAI TIMUR,BIDIKNUSATENGGARA.COM | Sungguh malang nasib Gilda Ida (51) seorang janda miskin di Kampung Ruis Jong, Desa Benteng Raja, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, NTT terpaksa harus menghidupi sendiri lima orang anaknya.

Gilda Ida hidup menjanda sejak 2021. Sejak suaminya meninggal dunia pada tahun 2021 akibat menderita penyakit Hepatitis.

Sejak saat itu, terpaksa ibu dari lima orang anak ini harus menjadi tulang punggung keluarga.

Gilda Ida saat ini tinggal di pedalaman Manggarai Timur, NTT tepatnya di kampung Ruis Jong, Desa Benteng Raja, Kecamatan Borong, Manggarai Timur, NTT.

Selain harus memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, janda 51 tahun ini juga membiaya pendidikan dua orang anaknya yang masih di bangku SMA dan perguruan tinggi.

Tak hanya itu, Gilda Ida juga harus mengurusi anak sulungnya Mersiana Jelita (32) yang diduga merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Gilda Ida, kepada tim media ini, Jumat, 22 September 2023 mengatakan sejak suaminya meninggal terpaksa ia harus menjadi tulang punggung keluarga.

“Sejak suami saya meninggal saya harus menjadi tulang punggung keluarga untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan membiayai anak-anak saya di bangku SMA dan perguruan tinggi,” ujarnya.

Gilda menyampaikan, untuk memenuhi kebutuhan hidup kami sehari-hari, terpaksa setiap hari ia harus mengikuti buruh harian di kebun milik tetangga dengan biaya Rp 35.000.

“Kalau ada orang yang datang menghubungi saya untuk ikut harian di kebun atau sawah terpaksa saya harus ikut. Hal ini terpaksa saya lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga setiap hari,” ujarnya menambahkan.

Gilda lda menyampaikan, semenjak suaminya meninggal dunia terpaksa ia merawat anak sulungnya yang diduga menderita gangguan jiwa dengan penuh kasih sayang.

Bahkan, ia rela bekerja serabutan tanpa harus mengenal lelah untuk menghidupi kebutuhan hidup anak-anaknya setiap hari.

“Pak saya terpaksa harus bekerja dari pagi sampai sore di kebun atau sawah milik orang di kampung untuk bisa mendapatkan uang dan membeli beras untuk memenuhi kebutuhan hidup kami setiap hari,” ungkapnya.

Ia mengisahkan, anak sulungnya itu, saat awal diduga menderita gangguan jiwa pernah ancam-ancam orang sembarang hingga memukul anak-anak kecil.

“Dulu dia pernah ancam -ancam orang dan suka memukul anak-anak kecil. Namun, sekarang kalau orang ganggu dia, dia hanya menangis,” kisah Gilda sembari meneteskan air mata.

Gilda berharap, kepada pemerintah Manggarai Timur untuk bisa membantu mengobati anaknya yang mengalami gangguan jiwa.

“Saya hanya bisa berharap kepada Pemerintah Manggarai Timur untuk bisa melihat dan memberi perawatan melalui obat khusus untuk orang gangguan jiwa. Kalau ada tolong Pemerintah Manggarai Timur perhatikan anak saya dengan baik,” ungkapnya. **(MarkusMakur)