BETUN, Bidiknusatenggara.com-Pj Kepala Desa Umatoos, Marthen Klau diduga menjadi otak praktek mafia proyek pembangunan drainase sebesar Rp 94 juta di desa Umatoos, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka, Provinsi NTT.
Pj Kades tersebut patut diduga menjadi otak mafia proyek tersebut lantaran secara diam-diam mengelola HOK tanpa melibatkan partisipasi masyarakat sehingga mangkrak, tidak selesai sesuai jadwal yang ditetapkan serta berpotensi korupsi.
Proyek pembangunan drainase tersebut belakangan menjadi isu dan perbincangan hangat masyarakat setempat.
Dugaan kuat pekerjaan yang menggunakan dana DD tersebut berpotensi dikorupsi karena Pj Kades umatoos, Marten Klau dan ketua TPK Ervin Seran yang mengambil HOK untuk pekerjaan tersebut tanpa melibatkan partisipasi masyarakat.
Sesuai hasil pantauan wartawan, Jumat, (25/9/22) Progres pekerjaan yang menelan anggaran Rp 94.000,000 dengan panjang 505 meter itu baru mencapai 40 persen pekerjaan.
PJ Kades Umatoos, Marthen Klau ketika dikonfirmasi wartawan terkait keterlambatan pekerjaan drainase tersebut mengatakan keterlambatan pekerjaan itu akibat bencana Seroja.
“Terkait keterlambatan pekerjaan drainase itu udah dikonsultasikan ke PMD, tidak apa-apa yang penting jangan lebih dari tahun ini, karena alasannya bencana Seroja waktu itu”. Kata PJ kades umatoos melalui via WA pada Jumat, (23/9/22)
Sementara itu, Ketua TPK Ervin Seran ketika dikonfirmasi terkait keterlambatan pekerjaan Drainase tersebut terkesan cuci tangan.
“Pekerjaan itu Desa bersama TPK yang kelola HOK… Jadi kalo kaka mau tanya lebih jelas nanti kaka konfimasi langsung saja dengan bapa Desa. Pekerjaan itu terlambat karena waktu itu hujan kaka. Dan untuk sementara tukang tidak kerja karena semen belum turun karena uangnya belum cair. Entah pekerjaan ini pake DD tahap berapa saya tidak tau. Itu kembali ke Bendahara” Ungkap Ketua TPK.
Salah satu pemuda desa Umatoos yang meminta namanya tidak dimediakan merasa aneh dengan pernyataan kades Umatoos yang mengatakan keterlambatan itu karena badai siklon Seroja. Bagaimana mungkin keterlambatan pekerjaan drainase yang menggunakan DD tahap satu 2022 dengan beralasan karena Seroja?
“Saya pikir alasan PJ kades bahwa mangkraknya pekerjaan drainase tersebut karena Seroja tidak masuk akal karena Seroja itu terjadi pada 4 April 2021 dan kalo pekerjaan drainase ini baru dikerjakan 8 Juli 2022 dan sudah berakhir 8 September 2022″. Jelasnya
Dirinya mengharapkan supaya pihak PMD harus mengawasi pekerjaan ini dengan baik karena menurutnya, alasan PJ kades atas keterlambatan pekerjaan tersebut karena badai siklon Seroja tidak masuk akal karena selama beberapa Minggu terakhir tidak ada kegiatan dalam pekerjaan drainase tersebut” (***/tim)