BETUN-BIDIKNUSATENGGARA.COM | Di salah satu sudut Kota Betun, kabupaten Malaka, sebuah fenomena memprihatinkan terjadi. Lampu merah di simpang empat (Beiabuk) bukan hanya sekadar persimpangan jalan, namun juga menjadi titik kumpul bagi tumpukan sampah yang semakin hari semakin membesar. Fenomena ini bukan hanya mengganggu pemandangan tetapi juga berdampak serius terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar.
Kawasan perkotaan yang seharusnya menjadi wajah dan identitas sebuah kota, malah tercoreng oleh pemandangan yang tidak menyenangkan. Hal ini tidak hanya menurunkan nilai keindahan kota, tapi juga dapat mengurangi rasa bangga warga terhadap kotanya. Lebih dari itu, pemandangan seperti ini dapat mempengaruhi persepsi buruk terhadap pengunjung dari daerah lain.
Pantauan media ini, tampak sejumlah tumpukan sampah berupa kardus bekas dan kantong plastik ‘menghiasi’ simpang empat lampu merah (beiabuk) .
Sebagian warga menuturkan, sampah yang ada di Pasar Beiabuk sudah tidak bisa diatur lagi, karena ulah manusia yang tidak taat dan tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan.
“Saya harap pada pihak pemerintah, untuk melakukan pembersihan kotoran yang ada disini sebagai pusat kota kabupaten. Selain itu, bisa membawa penyakit demam berdarah,” ungkap salah satu warga yang sedang melintas.
Sementara itu, Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malaka, Yanuarius Tae ketika dikonfirmasi media ini hanya merespon dengan singkat, “Hari Senin pagi pasti sudah terangkut,” demikian pesan Kabid Kebersihan lewat pesan WhatsApp-nya.
Penanganan sampah tidak hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat. Kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan, kemudian gerakan-gerakan komunitas dalam mengedukasi warga tentang pentingnya kebersihan dan pengelolaan sampah juga memiliki peran penting dalam membentuk perilaku masyarakat yang bertanggung jawab terhadap lingkungannya. *(Ferdy Bria)