Sosial  

Cerita Guru Honorer di NTT Peduli Pada Penyandang Disabilitas Psikososial

BORONG, BIDIKNUSATENGGARA.COM | Krispinus Lois Gonzales (35), Guru honorer bidang olahraga di SDK Rana Loba, Kampung Gololada, Kelurahan Rana Loba, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur mengabdi dan berpihak pada penyandang disabilitas psikososial dengan berbagi waktu seusai jam mengajarnya.

“Saya mengajar di SDK Ranaloba sejak 2016. Saya sudah 7 tahun mendidik dan mengajar mata pelajaran olahraga. Selain itu saya mengabdi dan memilih berpihak dan peduli pada orang yang menyandang disabilitas psikososial sejak 2017 lalu. Saya bergabung menjadi relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Sehat Jiwa Manggarai Timur,” Ceritanya kepada media ini, Sabtu, (25/11/2023).

Krispinus yang biasa disapa Guru Lois menceritakan, ia memilih dengan mengabdi sebagai guru demi mencerdaskan anak-anak sekolah. Selain itu, mendidik untuk kesehatan fisik dengan berolaharaga.

“Bagi saya pengabdian sebagai guru dilakukan di lembaga pendidikan dan saya implementasikan dalam lingkungan sosial dengan berpihak pada kesehatan mental dengan berpihak pada orang penyandang disabilitas psikososial di tengah lingkungan sosial,” Ceritanya.

Guru Lois menceritakan lagi, ia mengabdi dengan tanpa pamrih dan bahkan ia dipercayakan oleh lembaga pendidikan SDK Ranaloba memegang kunci sekolah. Ia membuka gerbang sekolah pada pagi hari dan juga mengunci gerbang pada malam hari.

“Saya biasa bangun pagi dan langsung ke sekolah untuk membuka gerbang sekolah. Dan pada malam hari saya kembali ke sekolah untuk menutup dan menyala lampu di sekolah. Rutin saya lakukan tanpa mengeluh,” Tambahnya.

Menghantar Siswa Saat Orangtua Bekerja 

Guru Lois menceritakan, ia biasa menghantar siswa dengan sepeda takkala orang tua murid tidak datang menjemput anak mereka di sekolah. Biasanya, ia menempuh jarak 3-4 kilometer untuk menghantar muridnya sampai di rumah orang tuanya.

“Saya melakukan itu agar siswa aman. Selain itu, saya biasa datang paling pagi dan pulang terakhir sampai tidak ada siswa yang menunggu orang tuanya di halaman sekolah,” Ungkap Lois.

Berbagi Waktu Mendampingi Penyandang Disabilitas Psikososial 

Ia juga berbagi waktu untuk mendampingi, mengunjungi penyandang disabilitas psikososial bersama relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Sehat Jiwa Manggarai Timur yang dipasung dan juga yang berkeliarlan di Kota Borong maupun di kampung-kampung di pelosok Manggarai Timur.

“Minggu lalu, saya bersama tenaga medis Puskesmas Peot mendampingi penyandang disabilitas psikososial yang jalan-jalan di Kota Borong. Saya dan Nakes itu menghantar pulang ke rumahnya. Saya juga mempunyai pengalaman, saya dsn relawan KKI menempuh jarak 100 kilometer mengunjungi orang yang dipasung di pedalaman Manggarai Timur,” ceritanya.

Tak terhitung jumlah yang dikunjungi, cerita Guru Lois, bahwa ia bersama relawan KKI membongkar pasung bagi orang disabilitas psikososial yang pulih sesudah rutin minum obat.

“Saya terpanggil untuk berpihak pada penyandang disabilitas psikososial yang minim kepedulian dari sesama. Saya lakukan ini menggugah orang lain tentang pentingnya kesehatan mental. Bukan saya kepedulian saya untuk penyandang disabilitas psikososial melainkan disabilitas tuna saya kunjungi yang lumpuh layu dan tak bisa jalan,” Ceritanya.

Guru Lois menceritakan, bahwa ia termotivasi dengan Hymne Guru yang syair dibawah ini: “Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru 

Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku

Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku

S’bagai prasasti t’rima kasihku ‘tuk pengabdianmu

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan

Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan

Engkau patriot pahlawan bangsa

Pembangun insan cendekia

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru

Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku

Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku

S’bagai prasasti t’rima kasihku ‘tuk pengabdianmu

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan

Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan

Engkau patriot pahlawan bangsa

Pembangun insan cendekia,”

Guru Lois menceritakan, ia agak kecewa berkaitan dengan kebijakan pemerintah dimana guru yang mengajar di sekolah swasta tidak diberikan kesempatan test P3K.

“Saya semacam dianaktirikan dimana saya tidak bisa mengikuti test P3K karena saya mengajar di sekolah swasta. Saya butuh keadilan. Mengapa saya tidak diberikan kesempatan mengikuti test P3K seperti guru yang mengajar di sekolah Negeri,” Ceritanya. **(Markus Makur)