Opini  

Bersama Lagi: Dari Bukti Menuju Kenyataan

Markus Makur, Anggota Forum Jurnalis Flores-Lembata (FJF-L) NTT

Kamis pagi, 4 Mei 2023, saya agak terlambat bangun pagi. Setelah bangun pagi, saya duduk di kursi ruang tamu di rumah sahabat saya di Kompleks Peot, Kelurahan Peot, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, NTT.

Saat saya membuka website KOMPAS.com, saya tersentak dengan twibbon tentang Hari Bidan Sedunia, 5 Mei tiap tahun. Sungguh saya kaget dan terkejut. Mengapa? Karena saya baru pertama membaca tentang Hari Bidan Sedunia. Bukan karena saya kurang baca, melainkan, mata hati dan pikiran saya tersentak dengan Twibbon tentang Hari Bidan Sedunia, 5 Mei 2023 dengan tema secara Global.

Memang saya bukan profesi bidan, saya jarang membaca berita tentang aturan dan regulasi tentang profesi Bidan.

Wajar sebagaimana manusia yang memiliki keterbatasan jangkauan dan fokus pada profesi sendiri, bahkan saya jarang menulis dan mempublikasi kisah-kisah humanis profesi bidan.

Saya terbiasa saat bangun pagi menjadi menu sarapan pagi selain makan minum untuk memulihkan fisik adalah membuka media online KOMPAS.com. saya ingin bahwa saya yang pertama membaca berita-berita yang dipublikasikan media ini, dan saya tertarik membaca berita yang humanis.

Sesudah sarapan pagi, saya meminta sahabat yang lebih tahu tentang teknologi untuk membuka dan mengunduh Triwbbon dan memasang foto saya untuk saya posting di beranda sosial media saya, baik itu, facebook, dan instagram.

Sahabat saya itu tertawa sindir kepada saya ketika saya meminta dia untuk mengunduh triwbbon itu. Saya diam saja dan saya meminta dia untuk membantu saya agar saya bisa memasang foto saya di triwbbon tersebut. Dia tidak tahu apa maksud yang saya sampaikan. Saya bilang ke dia bahwa pada saatnya akan mengerti dan memahami betapa penting seorang Bidan saat menolong persalinan.

Setelah sahabat saya ini sudah membantu saya untuk memasang foto saya di triwbbon Selamat Hari Bidan Sedunia. Saya menggunggah di sosial media saya, baik facebook dan instagram.

Pagi itu di ruangan tamu, ada kursi, meja dan minuman kopi produk “Kopi Riwu” kami tiga orang duduk sambil berdiskusi untuk rencana liputan dan kegiatan Memperingati Hari Pers Sedunia (World Press Freedom) dengan siaran langsung di facebook.

Masing-masing kami dengan gagdet masing-masing dengan merek berbeda sibuk membaca berita, membaca postingan di akun sosial media masing-masing.

Hati saya berbicara bahwa saya sangat mencintai dan menyayangi profesi bidan yang melayani dengan hati dan penuh cinta kasih. Membaca ajakan di Triwbbon untuk mengunggah foto masing-masing mengajak saya secara spontan untuk melakukan itu, tanpa ada yang mengajak saya. Peristiwa seperti tiba-tiba saja saya alami.

Selanjutnya sahabat saya itu masih menyampaikan bahwa Kraeng Markus (penulis opini ini-red) banyak hal dilakukan termasuk peduli kepada para bidan di Hari Bidan Sedunia, 5 Mei 2023 walaupun sebatas memberikan ucapan di akun sosial medianya.

Dengan hal sederhana dan kecil itu mengingatkan saya saat ibu saya melahirkan saya dibantu oleh mama-mama di kampung di salah satu kamar. Saat itu, 1976 lalu, belum banyak profesi bidan yang menolong dan membantu persalinan ibu hamil.

Dan dalam perjalanan waktu saat saya mengunjungi ibu yang melahirkan di rumah sakit, Puskesmas, saya ikut merasakan pelayanan dari para bidan yang menjaga dan tak bisa tidur demi membantu dan menolong persalinan normal. Betapa fisik dan mental mereka sangat kuat menghadapi ibu-ibu yang berteriak saat proses persalinan. Mereka sangat sabar, telatan, fokus dan setia dengan profesi mereka yang mereka pilih dalam pekerjaan itu.

Melayani Dengan Cintakasih

Kita semua tahu bahwa para bidan dengan setia dan penuh kasih sayang serta melayani dengan cintakasih untuk menolong ibu yang melahirkan, baik di rumah sakit, Puskesmas dan rumah keluarga. Profesi bidan melayani dengan cintakasih bagi seluruh ibu yang melahirkan.

Siapapun di dunia ini sudah merasakan dan mengalami pelayanan yang sungguh-sungguh dilaksanakan oleh para bidan yang bekerja di layanan medis.

Para bidan, melayani ibu hamil dari sejak dinyatakan hamil sampai pada proses persalinan.

Saya sungguh memberikan apresiasi kepada para bidan yang terpanggil memilih profesi ini demi menolong sesama umat manusia. Mereka layak disematkan dengan pahlawan kesehatan karena mereka melayani dengan cintakasih. Tentu semua profesi dianggap pahlawan sesuai pilihan masing-masing. Karena tujuan semua profesi, menurut penulis, untuk menghormati dan menghargai hak-hak asasi manusia, martabat manusia yang sama-sama diciptakan Sang Pencipta Kehidupan.

Keteladanan Para Bidan

Sejauh apa yang saya lihat dan amati, para bidan memberikan keteladan dengan hati sejak awal sampai pada proses pertolongan persalinan bagi manusia baru yang tiba di alam bebas yang disebut bumi. Dari ‘alam’ terbatas selama 9 bulan ke alam bebas yang sangat luas dengan berbagai tantangan, kesulitan dan derita yang akan silih berganti.

Para bidan memberikan keteladanan kepada sesama dengan cara kerja yang sungguh dari hati. Mereka kadang-kadang bekerja dan melayani dalam diam. Tekun, fokus dan mengutamakan pelayanan kepada kemanusiaan.

Saya sungguh menaruh rasa hormat yang setinggi-tinggi kepada para bidan yang berani memilih profesi ini. Dan yang paling dihormati bahwa hanya kaum perempuan yang memilih profesi bidan. Memang ada dokter anak, yang juga laki-laki, dokter bagian operasi, dokter umum yang memeriksa proses pertolonhan persalinan.

Perjuangan Para Bidan di Pelosok

Sejauh yang saya amati langsung di pelosok-pelosok, khusus di Pulau Flores, NTT, para bidan sungguh melayani dengan penuh tanggungjawab kepada profesi dan sumpah profesi dengan kode etik kebidanan.

Mereka biasa berjalan kaki atau dibantu suami mereka dengan sepeda motor untuk mengunjungi pasien yang berada di rumah-rumah warga dan mengajak keluarga untuk bersalin di layanan medis, Puskesmas dan rumah sakit. Bahkan mereka rutin melakukan pelayanan posyandu ibu hami.

Perjuangan pelayanan di pelosok-pelosok sungguh berat dengan topografi dan geografis yang membutuhkan tenaga ekstra, tapi mereka tetap memberikan pelayanan dengan tanggungjawab profesinya demi melayani ibu hamil dan proses persalinan.

Siang, malam, saat musim kemarau dan hujan, para bidan yang memilih profesi tetap memberikan pelayanan yang terbaik bagi semua ibu hamil. Bahkan mungkin ada bidan yang sedang hamil, tetapi tetap memberikan pelayanan yang terbaik bagi sesama ibu hamil.

Mereka benar-benar menghargai dan menghormati profesi itu sebab mereka memilih sendiri profesi tersebut.

Dikutip dari Media MOMSMONEY.ID, Kamis, (4/5/2023) malam.

Bidan Internasional (International Day of The Midwife) atau Hari Bidan Sedunia diperingati setiap tanggal 5 Mei. Sejarah Hari Bidan Sedunia yang diperingati setiap 5 Mei sudah dimulai sejak tahun 80-an, tetapi secara formal diresmikan pada tahun 1992.
Salah satu tujuan diperingatinya Hari Bidan Sedunia adalah untuk mengkampanyekan peran penting bidan dalam kehidupan manusia, terutama yang berhubungan dengan persalinan dan juga kesehatan reproduksi.
Dirangkum dari laman Kementerian Kesehatan, Hari Bidan Sedunia juga dimanfaatkan sebagai tolak ukur peningkatan kualitas bidan yang ada saat ini.

Sebab, bidan memiliki peran yang sangat penting tidak hanya untuk ibu hamil tetapi juga untuk keluarga Indonesia.

Bidan tidak hanya punya peran yang sangat krusial untuk memeriksa, membantu merawat, dan juga membantu persalinan untuk wanita hamil.
Tapi, peran bidan juga sekaligus melayani kontrasepsi, memberikan imunisasi kepada bayi, dan menurunkan angka kematian ibu (AKI).
Hasil survei pada tahun 2012 menunjukkan, angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi, mencapai 359 jiwa setiap 100.000 kelahiran hidup.

Salah satu kendala yang menyebabkan AKI di Indonesia cukup tinggi adalah distribusi jumlah bidan kompeten yang belum merata.Sehingga, peringatan Hari Bidan Sedunia 2023 bisa jadi momen untuk pengingat peran penting bidan di dunia kesehatan.

Tema Hari Bidan Sedunia 2023

Tema Hari Bidan Sedunia 2023 adalah Bersama Lagi: dari Bukti Menuju Kenyataan yang menjadi tajuk dalam Kongres Trienial ICM ke-33.
Dirangkum dari laman International Midwives, dalam kongres tersebut komunitas bidan global akan berkumpul untuk pertama kalinya dalam lebih dari lima tahun.

Tugas Bidan

Tugas seorang bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, bidan memiliki beberapa kewenangan, yaitu: diantaranya,Memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil seperti konseling pada masa sebelum hamil, masa kehamilan, masa persalinan, dan masa nifas.Memfasilitasi dan membantu jalannya proses persalinan.
Memberikan pelayanan kesehatan kepada anak, seperti pelayanan neonatal terhadap bayi yang baru lahir, pemberian imunisasi, serta konseling dan penyuluhan seputar perawatan dan tumbuh kembang anak. Memberikan konseling maupun pendidikan kesehatan terkait dengan kesehatan reproduksi, kesehatan seksual, dan cara mengasuh anak.

Di Indonesia, para bidan bekerja sesuai dengan regulasi UU No. 4 tahun 2019, dan peraturan lainnya.

Sejarah Hari Bidan Sedunia

Sejarah Hari Bidan Sedunia dimulai sejak masa Yunani kuno. Menurut laman Days of the Year, praktek kebidanan seringkali didasarkan pada takhayul.

Selain itu, praktek kebidanan juga terspesialisasi menjadi sebuah profesi khusus bagi kaum perempuan. Pada masa Yunani Kuno, syarat untuk menjadi bidan yakni sudah pernah melahirkan.
Akibat sejarah panjang tersebut menyebabkan terjadinya perpecahan antara profesi kebidanan dengan dokter kandungan di Eropa abad ke-17.

Kemudian, praktik kebidanan juga sempat menurun dalam beberapa ratus tahun terakhir. Namun, gerakan untuk melahirkan di rumah dengan aman dan nyaman membuat praktik kebidanan kembali diminati.

Selamat Memperingati Hari Bidan Sedunia, 5 Mei 2023

****